*ฅ^•ﻌ•^ฅ* ✨✨  HWisnu's blog  ✨✨ о ฅ^•ﻌ•^ฅ

IKAFEBerkenalan - Q&A

Q1: Rianti S - Ekon Islam / 2021

A1:

Q2: Aditia P - 2005

A2:

Q3: Erdji H - IE / 2021

  1. Bagaimana sih kang cara investor institusi menilai kondisi market saat ini? apakah terdapat proksi asset class yang dipantau daily? apakah terdapat korelasi antara asset class satu dengan asset class yang lain? bagaimana kita bisa antisipasi kalau fenomena makro/mikro tertentu bisa impact ke suatu asset class? kapan kita harus melihat sesuatu dalam kacamata mikro/makro?
  2. Boleh share ga kang pendekatan investasi sebagai investor institusi? atau kalau tidak, bagaimana pendekatan investasi average investor institusi dunia? apakah mengambil trade daily atau lebih mid-long term investing? jadi, daily news itu hanya sebagai langkah antisipasi in case mid-long term viewsnya bisa shifting

A3:

  1. Ketika sharing session saya bagikan teknik paling mudah: perhatikan cash balance punya Warren Buffett --> ini bisa jadi salah satu indikator kuat situasi valuasi secara global: cash weight tinggi artinya sedang bersiap2 ada market crash, cash weight rendah artinya sedang banyak belanja aset-aset (sudah murah).

    Mengenai fenomena makro, perubahan siklus ekonomi jadi patokan kuat, seperti yang saya contohkan siklus suku bunga Indonesia dari tinggi (ketika covid) dan sekarang mulai menurunkan suku bunga --> jadi pedoman economic growth kedepan seperti apa.
    Perhatikan 2 chart dibawah ini:
    Ini contoh timing yang sempurna (bersamaan sekitar bulan Sept - Okt), dalam kondisi umum biasanya ada jeda waktu 3-6 bulan antara dimulainya siklus penurunan suku bunga dan turun-nya bursa saham. Bisa dicek di berbagai bursa lainnya.

  2. Jenis institutional investor bervariasi, saya cuma bisa bersuara untuk tempat saya. Kantor saya masuk kategori Contrarian: ketika gerbong kereta penuh sesak, kami pilih untuk nunggu kereta selanjutnya atau cari gerbong lainnya yang belum banyak orang. Sebaliknya ketika orang-orang pada berhamburan lari keluar dari kereta, kami siap-siap masuk kereta.

    Gerbong kereta ini bisa dianalogikan sebagai suatu sektor/industri atau investment play apapun yang sudah overvalued (penuh sesak) atau undervalued (kosong gak ada orang). Contoh: bull play Bitcoin pertama hingga $65,000 kami tidak ikutan (lost opportunity, tapi gapapa, selalu ada kesempatan selanjutnya), tapi ketika Bitcoin anjlok ke $13,000 kami masuk ke beberapa perusahaan Bitcoin miners.

    Contoh #2: ketika terjadi resesi ekonomi di Vietnam tahun 2011-2012, kami masuk besar2an. Contoh #3: Uranium. Setelah selesai dari tema di Vietnam kami ke Uranium di 2018.

    Grafik harga komoditas Uranium:
    Contoh #4: market contagion karena Covid-19, disini pun kami deploy cukup banyak. Contoh #5: pecah konflik RUS vs UKR di 2022, bursa-bursa di Eropa tumbang, kami masuk cukup besar ke salah satu negara. Lalu yang terkini market crash 2025 karena Trade War Trump yang sedang terjadi saat ini. Bisa diperhatikan polanya, ketika ada crash hebat, kami malah hadir disana --> nyari gerbong kereta yang kosong / tidak penuh sesak.

Q4: Japri

  1. Saya pernah nonton di salah satu video youtubenya bigalpha, disitu dibahas kalau masyarakat (mungkin termasuk kita juga disini) sulit untuk masuk ke pasar keuangan sebagai investor ritel karena tahapan dan persyaratannya terlalu kompleks, tidak seperti forex trading bahkan judi online, ada tips mungkin jalurnya gimana nih buat kita2 yang ingin juga nimbrung di pasar keuangan sebagai investor ritel kecil2an / pemula?

  2. Minta opini dong soal "influencer" investasi yang jual subscription ke channel telegram yang isinya sinyal2 stock saham yang direkomendasikan untuk dibeli

A4:

  1. Apakah video bigAlpha tersebut video lama? Karena sekarang mau buka rekening investasi semudah datang ke bank lalu bilang ke teller mau buka akun investasi. Memang tidak semudah di luar negeri yang bisa full online, tapi ya menurut saya tidak masalah. Oiya saran saya buka rekening investasi di tempat yang bisa dipercaya, jangan tergiur buka akun karena dapat cashback, saham gratis, atau jenis bonus lainnya. Yang tebar-tebar cashback begini biasanya startup Fintech ~ secara kapitalisasi mudah goyang.

  2. Saya sih gak rekomen, karena itu gak bikin kita jadi pintar memilih saham. Misal memang gak ada waktu untuk analisa saham, ada opsi berupa beli reksadana / mutual fund. Trading saham di spare time itu sulit sekali dilakukan karena active trading sangat menyita waktu dan perhatian. Investasi saham di spare time masih memungkinkan karena tidak perlu dimonitor setiap saat setiap hari.

    Seperti pepatah bilang: kegiatan investasi itu seperti ngeliatin cat tembok mengering atau melihat rumput tumbuh ~ gak perlu constant monitoring, sesekali saja dicek. Yang penting timing dan valuasi.